Latar Belakang Kasus Bedak Johnson & Johnson
Johnson & Johnson, perusahaan farmasi global, telah menghadapi ribuan tuntutan hukum terkait produk bedak bayi mereka yang berbasis talc. Produk ini diduga mengandung asbes, yang merupakan zat karsinogenik dan dapat memicu kanker. Tuntutan hukum ini mengklaim bahwa penggunaan bedak bayi Johnson & Johnson telah menyebabkan kanker ovarium dan mesothelioma pada sejumlah konsumen.
Kandungan Talc dan Asbes
Talc adalah mineral yang sering digunakan dalam produk kosmetik dan perawatan pribadi karena sifatnya yang dapat menyerap kelembapan dan mengurangi gesekan. Namun, talc yang ditambang dari bumi sering ditemukan di dekat lapisan asbes, yang merupakan zat karsinogenik. Investigasi oleh Reuters pada tahun 2018 mengungkapkan bahwa Johnson & Johnson telah mengetahui adanya kandungan asbes dalam produk bedaknya sejak tahun 1971 hingga awal 2000-an.
Dampak Kesehatan dari Asbes
Asbes adalah mineral yang dikenal sebagai penyebab utama mesothelioma, sejenis kanker yang mempengaruhi lapisan paru-paru, perut, dan jantung. Selain itu, paparan asbes juga dapat menyebabkan kanker ovarium. Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), paparan jangka panjang terhadap asbes dapat meningkatkan risiko kanker pada manusia.
Tanggapan Johnson & Johnson
Menanggapi ribuan tuntutan hukum, Johnson & Johnson telah menyetujui untuk memberikan ganti rugi sebesar USD 8,9 miliar kepada para penuntut. Namun, perusahaan ini tetap bersikeras bahwa produk mereka aman dan tidak mengandung asbes dalam jumlah yang berbahaya. Mereka mengklaim bahwa analisis ilmiah independen selama puluhan tahun telah menegaskan bahwa bedak bayi mereka tidak menyebabkan kanker.
Penarikan Produk dari Pasar
Pada tahun 2023, Johnson & Johnson mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan penjualan produk bedak bayi berbasis talc di seluruh dunia. Langkah ini diambil setelah menerima lebih dari 38.000 tuntutan hukum dari konsumen yang menganggap produk tersebut berbahaya. Sebagai gantinya, perusahaan ini beralih ke produk bedak bayi berbasis tepung jagung, yang dianggap lebih aman.
Pandangan Ahli dan Organisasi Kesehatan
Lebih dari 170 organisasi nirlaba telah menyerukan agar Johnson & Johnson berhenti menjual bedak bayi berbasis talc di seluruh dunia. Mereka berpendapat bahwa risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh produk ini terlalu besar untuk diabaikan. Selain itu, beberapa ahli medis juga menyarankan agar konsumen berhati-hati dalam menggunakan produk yang mengandung talc, terutama pada bayi dan anak-anak.
Kesimpulan
Meskipun Johnson & Johnson telah mengambil langkah untuk menghentikan penjualan produk bedak bayi berbasis talc, kontroversi mengenai keamanan produk ini masih berlanjut. Konsumen diharapkan untuk tetap waspada dan mempertimbangkan risiko kesehatan sebelum menggunakan produk yang mengandung talc.
: DetikHealth
: theAsianparent
: Katadata
: Medicalogy